Jakarta – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta meragukan kapasitas Komjen Timur Pradopo dalam memimpin Polri untuk menegakkan hukum yang berlaku. Pasalnya Timur dinilai dekat dengan kelompok muslim radikal, Front Pembela Islam (FPI).
“Kami melihat Timur cukup dekat dengan FPI. Ini yang membuat kami meragukan kapasitasnya untuk dapat menegakkan hukum dan HAM. Bisa-bisa dia malah memberi legitimasi kepada mereka,” ujar Direktur LBH Jakarta, Nurkholis Hidayat, kepada detikcom, Rabu (4/9/2010) malam WIB.
Pernyataan orang nomor satu di LBH Jakarta tersebut tak sembarangan. Nurkholis mengaku memiliki data kedekatan Timur dengan FPI. Salah satunya kehadiran Timur dalam milad FPI sekitar bulan Ramadhan silam.
“Selain itu, ketika FPI melakukan demo untuk membubarkan Q! film festival, Timur mengatakan aksi itu bukan suatu ancaman. Ini sangat disayangkan. Sulit bagi dia untuk menindas ormas anarkis,” lanjut Nurkholis.
Kritik terhadap sosok Timur tidak berhenti sampai di situ saja. Nurkholis menilai Timur juga tidak pro terhadap pluralisme, karena yang bersangkutan pernah mengatakan siap melakukan pembubaran Ahmadiyah.
Dan jika akhirnya resmi menjadi Kapolri, Nurkholis meminta Timur untuk tidak lupa terhadap kasus-kasus yang belum juga terpecahkan sampai sekarang salah satunya adalah pemukulan anggota ICW Tama S Langkun.
Seperti diketahui, Presiden SBY membuat kejutan dengan mencalonkan Timur sebagai calon tunggal Kapolri. Timur dipilih setelah beberapa jam sebelumnya Kapolri menaikkan jabatan dia sebagai Kabaharkam Polri sehingga pangkat Timur naik menjadi bintang tiga.
Timur Pradopo lahir di Jombang, Jatim, 10 Januari 1956. Dia merupakan lulusan Akpol 1978. Dia pernah menjadi Kapolres Jakarta Barat pada 1997-1999 saat peristiwa Trisakti dan Semanggi meletus, Kapolres Jakarta Pusat (1999-2000), dan Kapolwiltabes Bandung (2001) serta menjadi Kapolda Banten, Kapolda Jabar dan terakhir Kapolda Metro Jaya.
(nrl/lrn)
Sumber: detiknews