“Lakukanlah apa yang Tuhan Katakan dan Katakanlah apa yang Tuhan Lakukan”
Puluhan orang berkumpul di Pelataran Taman Aspirasi Monas, Minggu (15/04). Panas matahari yang menyengat, riuh lalu lintas, dan keramaian orang yang berlalu lalang seakan tidak memecahkan konsentrasi mereka sedikitpun. Seakan tenggelam dalam kegiatan mereka sendiri, sesekali mereka mengucap doa dan mengidungkan lagu pujian rohani. Tidak jauh dari situ, tampak juga barisan polisi yang mengelilingi mereka, seakan pagar melindungi tanaman kecil yang rapuh. Siapakah mereka? Mereka adalah jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi. Mereka melakukan ibadah di depan Taman Aspirasi, agar sedekat mungkin dengan Istana Presiden, berharap keinginan mereka terdengar.
Jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi adalah jemaat yang terusir dari tempat ibadah mereka sendiri. Dalam mendapatkan hak mereka untuk beribadah, mereka telah menempuh jalur hukum dan memenangkan jalur hukum tersebut. Namun, kemenangan tersebut tidak mengantarkan mereka kemanapun, karena untuk ke-167 kalinya mereka masih melaksanakan ibadah tanpa atap rumah ibadah di atas kepala mereka.
Pendeta Manuel Raintung berseru kepada para jemaatnya, agar tak mengendurkan semangat mereka.
“Kita masih memiliki semangat Paskah yang membara dalam hati kita. Jangan biarkan hal itu padam,” katanya dalam khotbah.
Sebagai pemimpin ibadah, dia melanjutkan khotbahnya untuk menguatkan semangat para jemaatnya.
“Tuhan telah mati dan bangkit bagi kita oleh karena itu kita harus mewartakan apa yang telah Ia lakukan dan melakukan apa yang Ia katakan,” tambahnya.
Ia juga menambahkan tentang pentingnya menjaga semangat jemaat dalam mendapatkan hak mereka yaitu hak untuk memuji Tuhan di rumah ibadah mereka sendiri. Dalam ibadat itu juga Pdt. Raintung juga memberikan doa syafaat agar Negara Indonesia semakin maju dan terjaga persatuannya. Serta agar semua warga Indonesia mendapatkan hak mereka dalam beribadah dan berkeyakinan. Tidak lupa juga ia mendoakan pemerintah baik pusat maupun daerah agar amanah dan adil dalam mengemban dan melaksanakan tugas yang dipercayakan rakyat kepada mereka.
Ibadat yang dihadiri sekitar enam puluhan orang itu terasa khidmat. Namun doa dan keluh kesah mereka tidak kunjung didengarkan oleh Presiden yang seharusnya memastikan terpenuhinya hak mereka. Pihak Kepolisian yang menjaga mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa ketika mereka harus terusir dan terganggu saat beribadah di tempat mereka yang sah. Entah sampai berapa lama lagi mereka harus merasakan panas dan hujan hingga akhirnya keluh kesah mereka terdengar oleh Presiden. Tapi mereka percaya bahwa keluh kesah mereka di dengarkan oleh Tuhan dan bahwa semua akan indah pada waktunya.(Bram)