Sesi pertama Karya Latihan Bantuan Hukum (Kalabahu) Buruh angkatan I tahun 2014 dibuka dengan materi pengantar ideologi (11/10). Materi tersebut dibawakan oleh Martin Surjaya, alumnus Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara yang bekerja sebagai dosen Logika di Universitas Multimedia Nasional. Selain itu ia juga merupakan editor dilaman populer indoprogress.com.
Pada materinya, Martin memberi pemahaman pada buruh tentang apa yang dimaksud dengan ideologi. Menurut Martin, ideologi adalah gambaran yang disadari maupun tidak disadari tentang kenyataan sosial politik. Gambaran semacam itu biasanya dianggap benar tanpa dicari tahu alasannya. Orang kadang menerima begitu saja kebenaran gambaran tersebut.
Ideologi menurutnya dapat mengubah pemikiran tentang mana yang benar atau salah. Ia juga berperan besar memberikan orientasi terhadap pemahaman seseorang yang dikesankan sebagai satu pemahaman yang masuk akal. Namun untuk menangkal hal tersebut harus juga dilawan dengan pandangan yang benar yaitu melalui ideologi yang lain.
Untuk lebih memantapkan pemahaman para buruh, juga selanjutnya dijelaskan dengan diklasifikasikan aliran-aliran ideologi besar didunia seperti liberalisme, anarkhirme, marxisme.
“Kadang masyarakat sesat pikir dalam memahami ideologi besar dunia, Komunisme contohnya kerap dianggap sebagai satu objek yang terpisah sendiri dan tidak memiliki keterkaitan dengan waham yang lain. Lebih para lagi, ia kerap dipersepsikan macam-macam oleh masyarakat” ujarnya.
Padahal sejatinya Komunisme adalah satu tujuan yang bisa dibilang utopis lantaran kesempurnaan tujuannnya. Martin membagi tahapan masyarakat untuk mencapai Komunisme dengan sangat mudah, misalnya, diawali dengan membahas hubungan antara liberalisme yang merupakan roh dari kapitalisme sebagai satu kondisi kekinian. “Saat ini dunia berada dalam fase liberalisme yang dicirikan dilarang hadirnya negara dalam usaha kesejahteraan rakyatnya dengan terlalu jauh”. Dalam pandangan Kalr Marx, kondisi demikian harus diganti dengan
Komunisme yang bertujuan menghilangkan kelas sosial dimasyarakat sehingga kekayaan merata dan semua mendapat kesejahteraan dengan layat, lanjutnya “tidak ada kesejahteraan jika masih ada kelas” dan itulah inti dari komunisme.
Namun untuk mencapai Komunisme, kaum buruh harus mempersiapkan fase yang disebut Sosiolisme demokratik yang merupakan transisi antara fase liberalisme dan komunisme.
Selain mempelajari ideologi besar dunia, Peserta Kalabahu Buruh juga diajarkan konsep ideologi asli Indonesia yaitu Pancasila yang selama ini kerap ditafsirkan secara bebas berdasarkan pengusa dalam termin orde lama, orde baru maupun orde reformasi.
Di akhir sesi juga dilakukan dialogi antara peserta dan pemateri, dimana cakupan pertanyaan adalah perihal Pancasila yang aplikatif terhadap perjuangan buruh hingga bagaimana model advokasi berbasis ideologi yang cocok saat menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean ditahun 2015.
Melalui pemahaman tentang hal tersebut, buruh diharapkan tidak sesat dalam mengartikan konsepsi tersebut. Sehingga dalam kerja-kerja pembebasan kedepan memiliki satu basis pemikiran yang kuat. (Andhika)