Jakarta, bantuanhukum.or.id—Tanggal 10 Desember 2014, LBH Jakarta sebagai lembaga yang aktif dalam melakukan advokasi terhadap hak asasi manusia merayakan malam puncak hari Hak Asasi Manusia Internasional. Perayaan malam puncak hari HAM diisi dengan nonton bareng film “Senyap (The Look of Silence)” karya Joshua Oppenheimer yang juga menyutradarai film “Jagal (The Act of Killing)”. Film Senyap ini menceritakan tentang pembantaian terhadap mereka yang diduga anggota Parta Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965 yang lebih dikenal dengan “Peristiwa G30S/PKI”. Acara nonton bareng ini diadakan di kantor LBH Jakarta dan diikuti sebanyak, kurang lebih 210 peserta.
Berbeda dengan film Jagal, pada film Senyap sutradara mengambil sudut pandang dari keluarga korban pembantaian yang dilakukan oleh sejumlah warga sipil pada saat itu dan juga mengambil sudut pandang dari pelaku pembantaian itu sendiri.
Peserta sangat antusias menonton film yang berdurasi 90 menit ini, bahkan ada diantara mereka yang berlinang air matanya ketika menyaksikan salah satu adegan dimana keluarga korban bertemu dengan salah satu korban yang selamat dari pembantaian tersebut. “Saya terharu dengan salah satu adegan dimana ibu korban bertemu dengan salah seorang korban yang luput (selamat) dari pembantaian tersebut”, ujar salah satu penonton.
Setelah pemutaran film Senyap ini, dilangsungkanlah diskusi interaktif dengan Joshua Oppenheimer, yang melakukan live streaming dari Kanada menggunakan fasilitas layanan Skype, dengan dengan moderator Dhandy Laksono.
Ketika Joshua ditanya apakah dirinya menyesal telah membuka kenangan-kenangan pahit para keluarga korban dan keluarga pelaku pembantaian itu, Joshua mengaku bahwa apa yang ia lakukan, merupakan upaya untuk rekonsiliasi antara keluarga korban dan keluarga pelaku.
“Saya diminta oleh Adi, yang kakaknya dulu menjadi korban, untuk menemui semua orang yang pernah terlibat membantai Ramli, kakaknya. Adi mengatakan kepada saya, jika setidaknya para pelaku atau keluarganya menyesal, maka dia akan memaafkan mereka. Tujuannya tak lain adalah untuk mendamaikan kedua belah pihak atas kejadian pada masa orangtua mereka dulu, dan melanjutkan hidup saat ini dengan damai,” kata Joshua dalam live streaming dari Kanada di kantor LBH Jakarta, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (10/12).
Joshua mengaku bahwa selama menjalani proses pengambilan gambar pada tahun 2003-2004 lalu, dirinya kerap mendapat tekanan dan bayang-bayang rasa bersalah atas tanggung jawab dan beban sosial serta moral atas dampak film Senyap tersebut.
Namun, dengan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah usaha demi membuka salah satu tabir gelap sejarah masa lalu, Joshua berharap banyak agar para penikmat karyanya sadar, jika rasa kemanusiaan itu lebih utama daripada heroisme jenis apapun, apalagi yang dipahami dengan gelap mata.
“Saya mengalami masa-masa berat saat memproduksi materi film ini. Bahkan, saya sampai pernah diancam oleh pihak Koramil sana, untuk menghentikan proses pembuatan film ini. Tapi masa-masa itu sudah berhasil saya lewati, dengan harapan bahwa film ini bisa mengajarkan kita bagaimana menghargai sesama manusia, terutama mereka yang berada di lingkungan sekitar kita,” ujar Joshua.
Ada penonton yang kemudian menyarankan agar sutradara membuat satu film lagi yang lebih membahas tentang konflik perang dingin yang merupakan konflik antara blok Barat dengan blok Timur.
Acara nonton bareng ini merupakan puncak dari rangkaian acara peringatan hari HAM Internasional yang diadakan oleh LBH Jakarta dengan mengangkat tema “HAM Masuk Kampung”. Sebelum pemutaran film ini, LBH Jakarta juga menyuguhkan berbagai acara mulai dari penampilan band yang dibawakan oleh para pengacara publik yang tergabung dalam “Diponers Band”. Selain penampilan musik, LBH Jakarta juga memberikan anugerah Penghargaan LBH Jakarta kepada klien LBH Jakarta yang sudah bertransformasi dari korban menjadi pembela hak asasi manusia. Penghargaan LBH Jakarta pada tahun ini diberikan kepada Forum Komunitas Masyarakat Benteng (FKMB) atau yang dulunya lebih dikenal dengan nama komunitas Cina Benteng. (matthew)