JAKARTA – Masyarakat miskin yang tinggal di bantaran kali bukanlah penyebab terjadinya banjir di Jakarta. Justru mereka adalah korban banjir.
Demikian dikatakan Ahli Hidrologi, Fadsi Muhammad dalam diskusi bersama yang diinisiasi oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta bersama warga korban penggusuran di DKI Jakarta, di kantor LBH Jakarta, Minggu (13/9/2015).
Fadsi menekankan, masalah banjir di Jakarta timbul karena kesalahan manajemen air hujan. Pola pemerintah dalam mengatasi banjir salah. Bahkan, kesalahan tersebut terjadi sejak jaman Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Joko Widodo, hingga kini Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
“Pemerintah sudah salah dalam manajemen penyimpanan air. Air hujan harusnya bukan dibuang ke sungai dan ke laut tetapi diserap melalui tanah,” katanya.
Banjir yang terjadi di Jakarta, sambung Fadsi, adalah air kiriman dari Depok, dan Bogor termasuk wilayah Jakarta itu sendiri. Sementara pemerintah selalu beralasan jika terjadi banjir karena kurang lebarnya selokan atau besarnya kali/sungai yang menampung air hujan.
“Saya kurang setuju dengan hal itu. Banjir terjadi karena resapannya kurang banyak. Sesederhana ini seharusnya mengatasi banjir. Kita membuang air ke sungai. Kalau semua rumah dari Puncak, Depok, Bogor, dan Jakarta air hujan yang turun dibuang ke sungai gimana enggak banjir? Nyelesain banjir gampang asal sama-sama ditampung itu air dengan resapan,” jelasnya.
Menurut Fadsi, yang harus dilakukan adalah setiap rumah di Jakarta harus membuat sumur serapan air agar air hujan dapat meresap ke tanah. “Dengan cara ini kita akan tenang dan air bersih tetap ada di Jakarta. Kita harus berpikir anak cucu kita. Intinya jangan membuang air hujan ke sungai,” tambahnya.
Saat ini, partisipasi masyakat untuk menyimpan air tidak ada, apalagi dengan membuat sumur serapan. Ditambah pemerintah hanya melakukan upaya proses normalisasi yang salah kaprah dengan cara meluruskan arah aliran sungai melalui pembetonan. Dengan cara tersebut justru mempercepat aliran air ke laut. Harusnya upaya normalisasi dilakukan dengan mengembalikan kondisi sungai secara alami yakni berkelok-kelok sehingga air bisa di serap ke tanah dan tidak langsung menuju laut. (okezone.com)
(Ari)