Komunitas Papua itu Kita didukung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta dan Yayasan Pusaka akan menggelar pesta sagu dengan tema Pesta Sagu: Mari Kitong Makan Rame-Rame! Papua Lumbung Sagu, Bukan Lumbung Beras, Apalagi Sawit!.
“Teman-teman adakan acara ini karena lihat fakta Papua hari ini, hutan sagu, tempat cari makan dan berburu, terus digeser hutan sawit dan perusahaan milik korporat, dan akhirnya orang Papua terpinggirkan. Contoh nyata adalah mega proyek di Merauke, Miffe,” kata Bernard Agapa, aktivis HAM di Jakarta, kepada Jubi, Minggu (20/9/2015) dari Jakarta.
Agapa mengatakan akan diputar film Mahuze, yang bercerita tentang MIFEE di Merauke, yang digarap Dandy Laksono.
“Selain itu kami juga akan ada pentas musik Papua dan sajian papeda sambil ngobrol santai. Menu khusus lainnya adalah sirih pinang,” katanya.
Kegiatan ini penting karena hari ini pemerintah gencar mengkampanyekan Papua sebagai lumbung padi nasional. Tapi tempat makan masyarakat digusur dengan dalih kepentingan nasional, disertai kriminalisasi masyarakat yang melawan perusahaan masuk ke kebun mereka.
“Hutan sagu sudah ada jauh sebelum ada sawah dan padi, apalagi hutan sawit,”katanya.
Sementara itu, Angky, dari Yayasan Pusaka, mengatakan penting bukan karena sagu baik. Tetapi karena sagu adalah sumber pangan, selain kasbi, pisang, dan petatas. Kedua, sagu bernilai identitas budaya dan religius. Karenanya, sagu jadi totem warga dan digunakan dalam ritual adat kehidupan sejak manusia ada, tumbuh remaja, dewasa, hingga kematian datang.
“Nilainya tak terhingga. Pemerintah membuat program untuk kepentingan korporasi mengembangkan industri dan komoditi pangan komersial. Pemerintah absen dan lalai melindungi kepentingan masyarakat adat Papua,” katanya.
Dikatakannya, korporasi jahat tidak peduli dengan tatanan norma dan adat istiadat, asal kepentingan mereka tercapai. Masalahnya, program Papua sebagai lumbung padi nasional berdampak menghancurkan dan membatasi akses masyarakat atas sumber kehidupannya.
“Jika ini terjadi dalam jangka panjang, bencana kemanusiaan dan ekologi dengan korban orang Papua. Ini berarti Jokowi menambah luka bagi orang Papua,” katanya.
Papua Itu Kita, melalui akun resmi di Facebook mengumumkan, “Kam yang su jarang makan papeda di Jakarta atau mau coba-coba rasa, mari hari Selasa (22/9) pukul 18.00 hingga 22.00 WIB, di LBH Jakarta, Jl. Diponegoro 74. Sambil tong ngobrol dan nonton film soal tergusurnya kebun sagu oleh sawit dan ekploitasi SDA Papua oleh korporat. Nanti kitong bikin papeda+kuah kuning, ubi-keladi/talas, dan sirih-pinang. Kitong juga nge-Blues ala Papua. Tra lupa nanti sayonara deng yospan bersama”. (tabloidjubi.com)