Jakarta, bantuanhukum.or.id—Setelah dibuka pada Sabtu (15/8), Kalabahu Buruh Kedua LBH Jakarta 2015 kembali dilanjutkan pada Minggu (16/8). Materi yang diberikan kepada para peserta pada hari tersebut adalah materi Pengantar Ideologi. Materi tersebut disampaikan oleh Dosen Filsafat dari Universitas Indonesia, Rocky Gerung.
Rocky Gerung memulai materi ini dengan terlebih dahulu memaparkan mengenai Unionisme. Ia mengatakan bahwa Unionisme adalah sebagai bentuk gerakan buruh yang di dalamnya terdapat variabel yang dicita-citakan dalam perjuangan gerakan buruh yaitu keadilan dan kesetaraan.
“Buruh bersatu demi keadilan sosial, dan hanya di dalam dialektika maka kita akan paham dengan gerakan buruh,” tambahnya.
Menurut Rocky Gerung, dalam gerakan buruh sering sekali tidak diketahui bahwa dia sedang dimanfaatkan oleh pemodal, seringkali buruh dimanfaatkan untuk saling berkelahi dan sibuk dengan urusan kebutuhan ekonominya.
“Dengan cara seperti itu, pemodal sebenarnya telah melakukan hegemoni, hegemoi dalam arti, diam-diam dibuat stabil oleh kesadaran palsu yaitu bahwa upah buruh pasti akan naik terus, kesejahteraan buruh itu pasti akan tetap konstruksi sosialnya masih sama tidak berubah dan eksploitasi masih tetap berjalan,” terangnya.
Kontra hegemoni dalam gerakan buruh diperlukan untuk terwujudnya transformasi sosial atau revolusi sosial, di mana terwujudnya perubahan sosial yang baru secara kualitatif, transformasi sosial atau revolusi sosial tersebut adalah untuk merubah kondisi sistem eksploitasi dalam struktur ekonomi. Dalam sejarah gerakan buruh tujuan yang dicapai dalam gerakan buruh bukan welfarestate (negara kesejahteraan) akan tetapi sosialisme.
Sosialisme dalam gerakan buruh secara teoritis sebenarnya selalu memposisikan buruh untuk selalu berkonfrontasi dengan pemodal, bukan negosiasi. Hanya dengan gerakan buruh lah harapan akan transformasi sosial atau revolusi sosial itu bisa terwujud.
Lebih lanjut, pemateri juga menyampaikan perbandingan dan menguraikan ideologi yang dipakai di beberapa negara. Dalam konteksnya di Indonesia, gerakan buruh yang terjadi di indonesia tidak pernah fokus, karena di indonesia tidak pernah ada tradisi oposisi. Di indonesia sejarah gerakan buruh juga belajar dari gerakan buruh di eropa, Sejarah masa lalu di indonesia adalah feodalisme, dan gerakan buruh tidak akan pernah bisa tumbuh dan berkembang dalam feodalisme. Lebih lanjut menurutnya gerakan buruh hanya mungkin tumbuh subur dalam politik yang sekuler dan plural.
Sepanjang sesi sering terjadi dialog antara peserta dengan pemateri, di mana peserta sangat antusias dengan mempertanyakan cakupan ideologi dalam gerakan buruh, serta banyak pertanyaan tentang ideologi pancasila dalam konteks gerakan buruh di indonesia. (hari)