Karya Latihan Bantuan Hukum (Kalabahu) Buruh 2018 memasuki hari kedua penyelenggaraannya, Minggu 18 November 2018 di LBH Jakarta. Di hari kedua ini para peserta mendapatkan materi Gerakan Sosial yang disampaikan oleh Arip Yogiawan, pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang menjabat sebagai ketua Bidang Jaringan dan Kampanye. Materi gerakan sosial ini disampaikan guna menambah pemahaman peserta Kalabahu buruh dalam memahami arti gerakan sosial.
Arip Yogiawan memulai penjelasannya tentang gerakan sosial dengan menjelaskan keadaan Indonesia saat ini. Ia menunjukan kepada para peserta Kalabahu Buruh bahwa para pemimpin hari, mulai dari kepala daerah hingga presiden, selalu mengatakan bahwa jalan keluar untuk menangggulangi kemiskinan adalah investasi. Hampir setiap janji Pilkada dan Pilpres kata “investasi” seolah menjadi surga, investasi akan mengurangi pengangguran, meningkatkan tenaga kerja dan sebagainya. Tetapi realitanya rakyat tidak sejahtera, ketidakadilan dimana-mana, kesenjangan dan ketimpangan sosial terjadi.
Setelah menjelaskan problem dan keadaan Indonesia saat ini, Yogi kemudian menjelaskan bagaimana pentingnya gerakan sosial. Gerakan sosial menurut Yogi perlu diupayakan untuk melawan pemerintah yang otoriter dan para oligarki yang ingin memperkaya diri sendiri. Para peserta diminta untuk taat menjalankan prasyarat demi terwujudnya gerakan sosial.
“Pendidikan dan pengorganisasian rakyat itu sangat penting, sebagai tujuannya untuk membangun kesadaran kritis setiap warga negara, terdidik dan terpimpin oleh nilai dan prinsip perjuangan, terorganisisr oleh agenda perjuangan organisasi,” jelas Yogi.
Salah satu prasyarat yang sangat penting sebelum terwujudnya gerakan sosial adalah pendidikan dan pengorganisasian rakyat. Hal tersebut menurut Yogi perlu dilakukan agar setiap individu yang menginginkan perubahan sosial terjadi memahami nilai dan prinsip perjuangan.
Yogi melanjutkan bahwasannya gerakan sosial adalah perwujudan dari kehendak publik. Cita-cita dari gerakan sosial adalah terwujudnya keadaan yang diharapkan, yang sesuai dengan nilai dan prinsip yang diharapkan.
“Gerakan sosial menyasar semua sendi kehidupan, gerakan sosial tidak hanya berbicara satu isu saja melainkan keseluruhan isu sehingga semua bisa bergabung dalam gerakan sosial. Gerakan sosial seharusnya tidak terjebak dalam ego isu atau sektor, gerakan sosial yang terbuka akan memiliki nilai dan prinsip yang kuat,” tambah Yogi.
Yogi juga menyajikan para peserta sebuah dengan judul Factory Asia guna memantik daya pikir dan analisis para peserta. Melalui diskusi dan pemutaran film tersebut, Yogi berharap dapat kembali muncul gerakan sosial yang dimotori oleh kaum buruh. (Anggi)