Demonstrasi kenaikkan harga BBM di depan gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yang berlangsung pada hari Kamis, 20 Juni 2013. Aksi yang dimulai sejak pukul 13.00 WIBB, yang diawali dengan orasi di depan Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, lalu massa aksi melanjutkan aksi dengan Long March ke Bundaran Patung Kuda menuju salemba. Massa aksi yang turut serta dalam aksi tersebut diperkirakan sekitar ± 60 orang, yang tergabung ke dalam massa FPBI, GSPB, SBTPI, PROGRESIP, FBLP, SPCI, SBM Tanggerang, SBMI, FRONTJAK, KPOP, Kasbi Jakarta, Perempuan, Mahardhika, SBSI 92, SRMI, SERBUK Karawang, Sebumi, LMND, PMKRI, GMKI, HIKMABUDHI, KMHDI, GMNI, GMPI, SMI, Pembebasan, BEM KM UNISMA, BEM IISIP, FORMAD UNIV SAHID, Dewan Mahasiwa Indonesia, KPA, PPR, PPI, Politik Rakyat, Geram, FPR, GRI, KPO-PRP.
Massa kali ini menilai bahwa kenaikkan harga BBM merupakan ketidakmampuan pemerintah dalam menguasai Sumber Daya Alam di sektor migas guna mensejahterakan rakyat, karena hampir 85% minyak mentah Indonesia di kuasai oleh pemodal asing, dan 50% BBM tidak di suling di kilang-kilang minyak pertamina melainkan di impor dari luar negeri dengan harga yang tinggi. Di samping itu pemerintah memberikan keleluasaan kepada pemodal asing untuk melakukan bisnis pemasaran BBM (Liberalisasi sektor migas), yang terindikasi sebagai salah satu syarat dari peminjaman hutang-hutang. Kenaikkan harga BBM pula disinyalir sebagai salah satu sumber korupsi yang dipergunakan sebagai dana pemilu bagi partai-partai di pemilu 2014.
Imbas dari kenaikkan BBM di rasa sangatlah merugikan bagi rakyat, karena hampir di pastikan bahwa akan memperluas dan memperdalam kemiskinan rakyat. Upaya pemerintah memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai dana kompensasi bagi rakyat yang terkena imbas kenaikkan harga BBM, nyata-nyata kebijakan tersebut bukanlah solusi yang tepat melainkan salah satu bentuk membodohi rakyat dan tidak menyelesaikan masalah mendasar rakyat akibat naiknya harga-harga barang.