Sidang lanjutan dugaan kriminalisasi 26 aktivis buruh kembali digelar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (26/07). Agenda persidangan kali ini memasuki bagian akhir pemeriksaan saksi. Pada kesempatan ini, Jaksa Penuntut Umum kembali menghadirkan saksi dari anggota Kepolisian Polda Metro Jakarta.
Benny Situmeang merupakan saksi yang dihadirkan oleh pihak kepolisian. Benny merupakan saksi penangkap yang mengaku melakukan penangkapan terhadap massa buruh. Benny tercatat sebagai anggota Unit III Subdit 6 Ranmor Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Dihadapan Majelis Hakim, ia mengaku melakukan penangkapan terhadap 8 aktivis buruh dan 2 orang Pengacara Publik dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.
“Saya tangkap pada sekitar pukul 19.00 wib dilokasi kejadian, orang tersebut diperingatkan menggunakan penggeras suara sebanyak 3 kali oleh Kapolres Jakarta Pusat namun yang bersangkutan tidak menghiraukan dan tetap bertahan di lokasi,”terang Benny dihadapan Majelis Hakim.
Dalam pembelaanya, Tim Advokasi Buruh dan Rakyat (Tabur) beserta 26 aktivis yang dikriminalisasi menolak keras kehadiran saksi. Ke 26 aktivis dan kuasa hukumnya menganggap Benny bukanlah orang yang menangkap mereka. Hal tersebut dibuktikan oleh para terdakwa dan kuasa hukumnya melalui rekaman video.
Menurut penuturan salah seorang dari 26 aktivis yang ditangkap, Risma, tidak mungkin Benny menangkap kami semua, karena kami tersebar dibeberapa titik dan mobil komando.
“Tidak mungkin Benny bisa menangkap kami sekaligus, karena kami tersebar,” aku Risma.
Memang terlihat dalam bukti video yang diputar oleh kuasa hukum ke 26 aktivis bahwa mereka berada dalam posisi yang berbeda-beda dan ditangkap oleh polisi yang menggunakan pakaian preman dan Turn Back Crime.
Sebelumnya, keterangan saksi yang mengatakan bahwa ia menangkap para buruh dan Pengacara Publik LBH Jakarta karena tidak mau membubarkan diri, telah dibantah oleh kuasa hukum dan ke 26 aktivis tersebut. Para buruh yang berunjuk rasa pada 30 Oktober 2015 lalu telah siap membubarkan diri, namun pergerakan mereka sangat lambat karena jumlah mereka cukup banyak, mencapai 20.000 massa buruh yang mamadati jalan di depan Istana Negara (Cindy)