Karawang, bantuamhukum.or.id-Minggu, 15 Maret 2015, Aula Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Karawang Jawa Barat disesaki oleh ratusan massa dari berbagai elemen organisasi buruh untuk mengikuti kegiatan “Panggung Seni Budaya Buruh”. Acara ini mengambil tema “Korupsi Musuh Buruh, Buruh Melawan Korupsi,”. Panggung Seni Budaya Buruh merupakan respon terhadap upaya kriminalisasi dan penghacuran KPK. Tuan rumah kegiatan ini adalah kolaborasi dua Federasi Buruh besar yakni Federasi Serikat Pekerja Pulp dan Kertas (FSP2KI) dan Federasi Serikat Buruh Kerakyatan (FSERBUK).
Acara dibuka oleh penampilan grup musik SP Pindodeli yang menyayikan beberapa tembang sebagai pemanasan sebelum acara Panggung Seni Budaya dimulai. Lalu dilanjutkan dengan sambutan dari koordinator Acara yakni Roni S. Afriyanto dari SP. Kertas Pindo Deli Karawang. Dalam sambutannya ia berharap agar acara dapat berjalan dengan lancar dan bisa memperkuat konsolidasi perjuangan buruh.
Selanjutnya pemaparan latar belakang kegiatan kenapa buruh melawan korupsi oleh Pengacara Publik LBH Jakarta Alghiffari Aqsa. Dalam penjelasannya antara lain tentang bahaya korupsi, fokus KPK dalam membidik koruptor disektor sumber daya alam, kriminalisasi dan penghacuran KPK serta rekam jejak KPK dalam menyelamatkan keuangan Negara.
“Dimana uang Negara yang berhasil diselamatkan merupakan uang kita sebagai rakyat dan dari keringat buruh juga” kata Alghif. “Buruh dapat memahami tentang korupsi yang berdampak terhadap kehidupan buruh”, lanjutnya.
Kemudian Nanang perwakilan dari KPK turut serta memberikan penjelasan sederhana tentang pengertian korupsi “Korupsi dalam bahasa sederhana dapat ditafsirkan sebagai maling besar,” terangnya. Lalu Nanang membacakan puisi yang bertajuk “Sajak Sebatang Lisong” karya WS Rendra.
Berikutnya orasi politik tentang korupsi secara bergantian dari berbagai elemen buruh, diantaranya: FSP2KI, FSERBUK Karawang, SGBN, FBLP Jakarta. Dalam orasi politik, Sultoni dari SGBN menyatakan bahwa kita tidak dapat berharap pemberantasan korupsi yang elitis, namun berjuanglah pemberantasan korupsi dari gerakan rakyat yang sadar dan terpimpin oleh buruh yang progresif.
Saat rehat sejenak Sebumi hadir dengan tembang-tembang perlawanan. “Kehadiran Sebumi dalam bentuk karya seni yang bertujuan mengabarkan penderitaan, penindasan yang dialami oleh kaum buruh, kaum tani, dan rakyat miskin kota, serta menentang segala bentuk pembodohan budaya, karena budaya yang baik adalah budaya yang dibangun dari perspektif kerakayatan” terang Bob Sebumi dalam dendangnya.
Setelah rehat, acara dilanjutkan dengan berbagi pengalaman dari Asfinawati. Ia merupakan salah seorang kuasa hukum BW. Asfin menerangkan bahwa mafia di dunia peradilan, terutama di PHI yang bersentuhan langsung dengan buruh banyak merugikan buruh, diantaranya modus-modusnya adalah memperlama proses, perubahan keterangan saksi dan lainya. “Lalu apa yang mesti buruh lakukan?” tanya Asfin. Ia menyarankan agar buruh memperkuat Serikat buruh dalam artian ketika serikat buruh kuat perlawanan melalui jalur non litigasi lebih diutamakan.
Kegiatan Panggung Seni dan Budaya Buruh kemudian ditutup dengan puisi dan dengdang perlawanan dari Khamid Istikhori, penampilan group musik SP Pindo Deli Karawang, dan SEBUMI.