Rabu, 28 Mei 2014, LBH Jakarta telah mengadakan diskusi terbatas dengan tema “Managemen Lembaga Penelitaan dan Mengelola Isu”. Diskusi terbatas ini dihadiri oleh Direktur LBH Jakarta, Pengacara Publik, Asisten Pengacara Publik, dan staf PDBH (Pusat Dokumentasi dan Bantuan Hukum) dengan narasumber Andreas Harsono, seorang peneliti dari Human Rights Watch (HRW). Latar belakang diselenggarakannya acara ini adalah dalam rangka peningkatan kapasitas staf di bidang Penelitian dan PDBH untuk mengatur prioritas penelitian dan mengelola isu yang menjadi fokus kasus LBH Jakarta. Sehingga ke depan, bidang Penelitian dan PDBH dapat menjadi backbone LBH Jakarta dan output dari kerjanya dapat digunakan untuk kerja-kerja advokasi LBH ke depan.
Andreas Harsono memaparkan bagaimana HRW bekerja, bagaimana struktur organisasinya, sistem keamanan, dan manajemen kerja HRW. Proses penelitian dari awal sampai akhir juga dipaparkan oleh Andreas Harsono, bagaimana penelitian dimulai hingga “pengujian” oleh beberapa expert sehingga penelitian tersebut layak dipublikasikan. HWR melakukan penelitian berdasarkan isu yang sedang berkembang di suatu negara. Salah satu mekanisme HRW memilih isu adalah melalui UPR (Universal Periodic Report) yang dikirimkan oleh masyarakat sipil atau reporter tentang kondisi suatu negara. Pengerjaan penelitian di HRW cukup variatif, satu orang peneliti seperti Andreas Harsono membuat 1 penelitian selama 1-2 tahun, sementara ada juga peneliti yang sanggup mengerjakan 3 penelitian dalam 1 tahun. Hal tersebut dipengaruhi oleh sensitif/tidaknya suatu itu tersebut terhadap kondisi sosial politik di suatu negara. Tidak jarang, peneliti HRW ditangkap polisi di suatu daerah karena keberadaannya dianggap mengancam eksistensi kekuasaan penguasa daerah. Karena itulah, HRW merancang sistem keamanan yang sangat baik untuk seluruh peneliti dan pekerjanya.
Di sela-sela diskusi, Andreas Harsono juga menampilkan beberapa cuplikan video wawancara penelitian yang sedang beliau kerjakan, yaitu terkait Perda di salah salah satu daerah yang mendiskriminasi perempuan. Kemampuan berjejaring sangat penting dalam penelitian lapangan seperti ini, karena membutuhkan banyak wawancara dengan korban di bebrapa daerah yang hanya dapat diakses oleh pegiat/lembaga lokal. Andreas Harsono juga sharing bagaimana HRW bertahan dengan seluruh program-programnya melalui divisi fundraising sehingga keberlangsungan suatu lembaga tidak tergantung pada lembaga donor. HRW membuat pembatasan donasi publik berdasarkan beberapa kriteria, yaitu bukan dari keluarga aristokrat, bukan dari sektor industri ekstraktif, dan bukan dari pemerintah. Dengan pembatasan tersebut, HRW bisa independen dan transparan dalam mempertanggungjawabkan kerja-kerja penelitiannya.
Ada satu peserta diskusi yang bertanya bagaimana meyakinkan dan membangun kepercayaan orang lain terhadap kerja-kerja yang selama ini dilakukan oleh lembaga, sehingga mereka mau mendonasikan uang/tenaganya? Menurut Andreas Harsono, diperlukan suatu suatu sikap transparan dan independen dari lembaga itu sendiri, sehingga masyarakat secara obyektif akan memberikan penilaian yang bagus ke lembaga tersebut.
Diskusi ini sangat bermanfaat untuk manajemen bidang Penelitian dan PDBH dan LBH Jakarta secara keseluruhan. LBH Jakarta memiliki bidang fundraising yang sedang dikembangkan, manajemen penanganan kasus yang terus menerus ditingkatkan, sehingga sharing dengan lembaga yang sudah mapan dapan memacu perbaikan manajemen LBH Jakarta secara keseluruhan.