LBH Jakarta. Peluncuran Catatan Akhir Tahun (Catahu) LBH Jakarta rutin di laksanakan setiap tahunnya, hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban, transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat atas kerja-kerja bantuan hukum LBH selama setahun. Catahu LBH Jakarta pada tahun 2013 ini mengambil tema “Ketika Hukum Dijadikan Alat Pelanggaran HAM,” Direktur LBH Jakarta dalam pengantarnya menyatakan bahwa “Dari berbagai kasus dan permasalahan hukum yang ditangani selama tahun 2013, LBH Jakarta melihat adanya legitimasi terhadap berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Legitimasi itu diwujudkan baik melalui hukum dan kebijakan, perilaku aparat pemerintahan, putusan pengadilan, maupun kultur masyarakat. Sehingga tidak heran jika pelanggaran hak asasi manusia tidak pernah tuntas teratasi, dan bahkan terus berulang.”
Peluncuran Catahu yang dilaksanakan pada 21 Desember 2013 di Museum Nasional sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini peluncuran catuhu dibarengi dengan malam penggalangan dana. Penggalangan dana ini dirasa perlu untuk mendukung keberlangsungan kerja-kerja LBH Jakarta, agar LBH lebih mandiri dan menjadi milik masyarakat karena masyarakat sendiri yang mendanai kerja-kerja LBH. Setiap tahunnya kurang lebih 1.000 pengaduan dari para pencari keadilan masuk kepada LBH Jakarta, para pencari keadilan yang datang adalah masyarakat yang pada umumnya tidak mampu secara ekonomi, buta hukum dan jauh dari akses keadilan. LBH Jakarta sebagai lembaga yang memberikan pelayanan bantuan hukum cuma-cuma membutuhkan partisipasi masyarakat dalam segala bentuk, salah satunya dengan berdonasi dalam malam penggalangan dana, dana yang terkumpul akan digunakan untuk memperjuangkan keadilan bagi masyarakat miskin yang sedang mencari keadilan. LBH Jakarta berharap agar partisipasi masyarakat tidak terhenti dengan selesainya kegiatan malam penggalangan dana, akan tetapi masih bisa terus berlanjut dengan menjadi anggota Solidaritas Masyarakat Peduli Keadilan (SIMPUL) dan bersedia berdonasi secara tetap.
Kegiatan Peluncuran Catahu dan Malam Penggalangan Dana ini dimeriahkan oleh Atiqah Hasiholan dan Sammy (Stand Up Comedy) dan beberapa pertunjukan yang dibawakan oleh Kopi dan Kretek, Wanojo Binangkit, Social Kid, dan Paroeh Waktoe. Acara ini pun dihadiri oleh Adnan Buyung Nasution, Frans Hendra Winarta, Tuty Hutagalung, Sri Rejeki Kusuma, Zahrullah Ahmad Ponto, Jaringan Buruh, Jaringan Miskin Kota, Jaringan LBH Jakarta lainnya, Kantor Hukum, dan Paralegal LBH Jakarta. Acara diawali dengan sambutan oleh Direktur LBH Jakarta dan pemutaran film storyline Catahu LBH Jakarta, selanjutnya sambutan dari alumni LBH Jakarta Bapak Abdurahman Saleh.
Salah satu momen penting yang tak kalah menariknya adalah pemberian LBH Award kepada klien LBH yang dulunya sebagai korban kemudian bisa bangkit menjadi pembela HAM, LBH Award ini dimenangkan oleh Retno Listyarti yang saat ini menjabat sebagai Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Retno Listyarti dikenal sebagai sosok guru pejuang. Dia satu dari sedikit guru yang dikenal gigih menggugat pendidikan yang dianggapnya sudah melenceng dari tujuan negara. Dia akan berdiri di depan untuk pendidikan yang dianggapnya tidak pro rakyat dan melanggar hak-hak peserta didik. Selain itu Retno aktif dalam advokasi Melawan Kurikulum 2013, Ujian Nasional, Melawan Kebijakan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), Melawan Kebijakan Uji Kompetensi Guru (UKG), Melawan Revisi PP 74/2008 tentang guru: Ancaman Pemberangusan Organisasi Guru.
Acara selanjutnya adalah testimoni 3 klien LBH Jakarta yaitu Ibu Marni orang tua anak yang dituduh membunuh yang kenyataannya kasus ini merupakan kasus salah tangkap dan sang anak pun mengalami penyiksaan selama ditahan, Ibu Neneng dari rumpin yang harus mempertahankan tanah dengan ancaman dan kekerasan berupa penembakan, pemukulan, penyiksaan, penangkapan sewenang-wenang, intimidasi maupun pengambilan barang-barang secara paksa yang dilakukan oleh pasukan TNI AURI dan Pak Tatang mewakili warga Petukangan Selatan yang berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan ganti rugi atas tanah dan harta benda di atasnya yang mana tersebut akan dijadikan jalan tol oleh pemerintah, masing menjelaskan tentang kasus yang mereka hadapi dan harapan-harapan mereka.
Acara berlanjut dengan Penggalangan Dana di awali dengan pemutaran video yang berjudul “Surat untuk Kawan”, kemudian dilanjutkan dengan pelelangan foto bersejarah LBH Jakarta. Pada lelang foto pertama yang merupakan foto paling tua laku dengan harga 13 juta oleh Adnan Buyung Nasution dan menjadi foto dengan penawaran tertinggi pada malam penggalangan dana. Cara berdonasi pada malam penggalangan dana bukan hanya melalui pelelangan foto tapi juga dengan bergabung dengan SIMPUL, membeli pin, buku, baju, dan bisa berdonasi secara tunai selama acara berlangsung.
Kegiatan ini berakhir dengan dana terkumpul kurang lebih Rp. 101 juta dan sumbangan mobil operasional dari komunitas warga Petukangan Selatan, untuk lebih rinci mengenai donasi yang terkumpul silahkan kunjungi laman berikut. Dana ini menjadi amanat masyarakat yang akan LBH Jakarta gunakan sebaik mungkin untuk membantu para pencari keadilan. Untuk sahabat LBH Jakarta yang belum sempat menghadiri Malam Catahu dan Penggalangan Dana dan masih ingin membantu kerja-kerja bantuan hukum silahkan bergabung dengan sahabat SIMPUL lainnya di simpul atau mengirimkan donasi ke Rekening atas nama LBH Jakarta di Bank Mandiri (No. Rek: 123-000-300-6741) atau Bank BNI (No.Rek: 00-1074-0908) atau Bank BRI (No. Rek: 0335-010-0177-0306).