Jum’at, 29 November 2013, merupakan hari terakhir kegiatan “Dengar Kesaksian : Bicara Kebenaran, Memutus Lingkar Kekerasan” yang diselenggarakan di Gedung Teater Perpustakaan Nasional. Ratusan orang hadir untuk menyaksikan kegiatan ini.
Tematik isu yang diangkat adalah Kekerasan Terhadap Pembela HAM. Sedikitnya enam orang pemberi kesaksian untuk menceritakan pengalaman dari para Pembela HAM yang menjadi korban pembunuhan/penghilangan paksa/penyiksaan. Pemberi kesaksian adalah keluarga dan kerabat korban. Kasus yang diangkat dalam tematik ini adalah kasus Hilangnya Wiji Thukul; Pembunuhan Wartawan Bernas : Fuad Muhammad Syafruddin (Udin); Perempuan yang bertarung : Marsinah; John Rumbiak; Baihajar Tualeka : Membangun Perdamaian di Ambon; Ujian Sejarah Bangsa : Pembunuhan Munir. Kekerasan yang dialami oleh korban terjadi pada rentang tahun 1995-2004.
Rangkaian kegiatan ini di fasilitasi oleh Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK) yang dimaksudkan untuk menjadi ruang bagi suara-suara korban untuk mengungkapan kebenaran tentang kekerasan sistematis yang pernah dialami oleh korban. Dengar kesaksian korban juga melibatkan kehadiran dari Majelis Warga dan Saksi Ahli. Peran Majelis Warga dalam Dengar Kesaksian ini adalah untuk mendengarkan kesaksian para korban sekaligus memberikan sebuah refleksi terhadap persoalan yang tengah kita hadapi, dan rekomendasi untuk terobosan menuju kehidupan berbangsa yang bebas dari kekerasan.
Sedangkan peran Saksi Ahli lebih kepada untuk memberi masukan tentang pola, penyebab dan pertanggungjawaban yang harus didorong untuk memutus lingkar kekerasan yang membelenggu kita. Sehingga mampu diuraikan benang merah tentang berbagai pola kekerasan yang terjadi dari masa ke masa.
Berikut adalah salah satu kesaksian korban Kasus Kekerasan Terhadap Pejuang HAM :
Kejadian ini sudah 17 tahun yang lalu terjadi di Yogyakarta. Pada saat itu Pak Udin sering menulis berita di wilayah Bantul mengenai pejabat-pejabat Bantul dan saya sering menanyakan pada Pak Udin, kenapa berita ini begitu kerasnya? Dan dia pun selalu menyatakan bahwa ini kenyataan dan sampai mati pun akan saya hadapi. Saya berharap supaya anak-anak tidak trauma atas kejadian ini karena baru berusia 2 tahun pada waktu itu dan saya hanya mencari sebuah kebenaran.
(Ibu Marsiyem, Istri Udin)
Fuad Muhammad Syafruddin yang akrab dipanggil Udin adalah wartawan Harian Bernas, Yogyakarta sejak than 1989. Tahun 1996, ia dianiaya oleh orang tak dikenal dirmahnya dan kemudian meninggal. Ia dianiaya pria tak dikenal di depan rumah sewaannya, di Dusun Gelangan Samalo, Parangtritis, Km 13 Jalan Yogyakarta pada Selasa malam sekitar pukul 23.30 WIB, 13 Agustus 1996. Sejak penganiayaan malam itu, situasi Udin berada dalam keadaan koma dan dirawat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Keesokan paginya Udin menjalani operasi otak dirumah sakit tersebut. Namun, karena luka yang dialaminya cukup parah akibat pukulan batang besi dikepalanya, akhirnya Udin meninggal pada hari Jumat 16 Agustus 1996 pada pukul 16.50 WIB.
Sebelum kejadian ini, Udin sering menulis artikel kritis terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru dan Militer. Ia juga menulis secara dalam mengenai dugaan praktik korupsi pada masa pemerintahan Bupati Bantul Sri Roso Sdarmo pada saat itu.
Dalam kasus Kekerasan Terhadap Pejuang HAM. Poengky Indarti selaku Saksi Ahli mengatakan bahwa “dalam kasus-kasus kekerasan terhadap Pembela HAM, terdapat peran pendekatan yang didukung oleh militer, kemudian (ada) stigma PKI dan komunis. Kelompok yang disasar pun adalah kelompok yang kritis, seperti yang terjadi dalam Kasus Udin dan Marsinah. Marsinah adalah buruh yang melakukan pembelaan terhadap PHK 13 buruh, yang merupakan teman-temannya. Sedangkan Udin menjadi korban karena menyoroti kasus pemalsuan yang dilakukan oleh sebuah Perusahaan. Militer melakukan intimidasi, ancaman dan tindak kekerasan terhadap mereka.”
Kegiatan ini, nantinya akan ditutup dengan acara Malam Kebudayaan, yang akan berisi :
-
Refleksi “Memutus Lingkar Kekerasan oleh Ibu Sapariah Sadli;
-
Orasi Kebudayaan oleh GKR Hemas;
-
Persembahan lagu dari Kiprah Perempuan/Kiper (Ibu-ibu Penyintas ’65);
-
Puisi dan Nyanyian dari Fajar Merah (putra Widji Tukul
-
Pentas Musik dari Sanggar Akar; dan
-
persembahan lagu dari Ardina Rasti (artis dan duta Anti Kekerasan dalam Pacaran).
Dukung kegiatan Dengar Kesaksian dengan follow twit KKPK @koalisi_kkpk, @bicarabenar.
[button type=”medium” color=”black” rounded=”1″ link=”http://www.bantuanhukum.or.id/web/wp-content/uploads/2013/11/Refleksi-Akhir-Majelis-Warga-pada-Dengar-Kesaksian.docx” ]Refleksi Akhir Majelis Warga pada Dengar Kesaksian[/button]
[button type=”medium” color=”black” rounded=”1″ link=”http://www.bantuanhukum.or.id/web/wp-content/uploads/2013/11/Siaran-Pers-Penutupan-Dengar-Kesaksian.docx” ]Siaran Pers Penutupan Dengar Kesaksian[/button]
Jakarta, 29 November 2013
Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK)
Contact Person : Dodi Yuniar – 0818 267 531 / Putri Kanesia – 0815 162 3293