Mindu Panjaitan (47), warga Kampung Baru, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tengah menggoreskan harapannya di selembar kain putih yang terbentang di dinding kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia-Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Kamis (28/10) malam. Harapan akan keadilan bagi sekitar 400 keluarga di Cileungsi, yang tengah memperjuangkan hak atas lahan huniannya.
“Harapan kami, LBH Jakarta membantu kami menyelesaikan sengketa lahan masyarakat dengan perusahaan”. Demikian ditulis perempuan yang menjadi koordinator warga Kampung Baru Cileungsi itu.
“Sengketa lahan kami dengan perusahaan itu sudah berlangsung hampir 14 tahun. Perjuangan panjang dan melelahkan. Bahkan, kami juga diintimidasi oleh ormas (organisasi masyarakat) yang kemungkinan disuruh perusahaan,” kata Mindu.
M Soegiarto, warga Petukangan Selatan, Jakarta, juga menuliskan harapannya kepada YLBHI-LBH Jakarta di lembar kain putih itu. “Tetap jaya, tetap setia, dan tetap kerja sama dengan orang-orang yang menjadi korban gusuran, khususnya jalan tol JORR W2N”.
Perayaan sederhana
Harapan warga yang ditulis di kain putih itu mewarnai peringatan 40 tahun YLBHI dan LBH Jakarta. Peringatan digelar sederhana dengan membuat panggung hiburan dan kesenian rakyat di halaman kantor YLBHI dan LBH Jakarta.
Selain hadir dan menuliskan harapannya, sekitar 12 komunitas warga juga berpartisipasi menyumbangkan kesenian. Di antaranya komunitas China Benteng, Tangerang, Banten, yang menyumbang pertunjukan barongsai dan warga Cileungsi yang menyumbang lagu. Komunitas warga itu selama ini didampingi LBH Jakarta dalam memperjuangkan hak mereka atas tanah.
Selain komunitas warga, dua janda pahlawan, Soetarti Soekarno (78) dan Roesmini (79), serta janda Timoriya juga hadir dalam peringatan itu. Mereka adalah janda yang dikriminalisasi saat mempertahankan hak mereka atas rumah dinas milik Perum Pegadaian di Cipinang Jaya, Jakarta Timur. LBH Jakarta mendampingi mereka dalam persidangan, hingga pada 27 Juli lalu Pengadilan Negeri Jakarta Timur memvonis bebas.
Pada peringatan itu, Soetarti mempersembahkan 65 bendera Merah-Putih yang dia buat sendiri untuk dipasang di panggung rakyat itu. “Bagaimana saya harus membalas budi baik LBH Jakarta yang membela saya hingga bebas murni? Saya hanya bisa memberi 65 bendera yang saya bikin sendiri, yang berarti 65 tahun Indonesia merdeka. Sebenarnya akan saya berikan pada 17 Agustus lalu, tetapi belum selesai, karena saya bikin sendiri,” kata Soetarti, seraya menitikkan air mata.
Ungkapan terima kasih yang tulus juga disampaikan Roesmini dan Timoriya. “Saya berdoa mudah-mudahan (perjuangan) LBH lancar,” kata Roesmini.
Riuh tepuk tangan dan sorak-sorai warga yang hadir pun menyambut ungkapan hati ketiga janda itu.
Direktur LBH Jakarta Nurkholis Hidayat menyatakan, pada usianya yang ke-40 tahun, LBH berkomitmen untuk terus bergandeng tangan bersama rakyat, memperjuangkan negara hukum yang demokratis dan berkeadilan sosial.
“LBH memandang, bantuan hukum harus mampu menjawab dan berkontribusi pada pengentasan rakyat dari kemiskinan dan mencabut akar struktural kemiskinan. Akses keadilan harus dipenuhi negara,” katanya. Sejumlah agenda kebangsaan LBH dirancang untuk diperjuangkan. Salah satunya dengan mendorong penguatan dan konsolidasi demokrasi Indonesia.
Dalam hal pluralisme, perjuangan rakyat Papua, antikorupsi, dan kemiskinan, LBH menegaskan peranan dan posisinya untuk berdiri di garis depan untuk membela kaum marjinal dan tertindas. LBH juga mendorong reformasi hukum dan institusi penegak hukum di Indonesia yang kini terpuruk.
Untuk mewujudkan itu semua, LBH menyadari perlunya mendorong penguatan 14 kantor LBH di Indonesia dan mengoptimalkan peran alumni LBH yang menduduki jabatan publik. (c wahyu haryo ps)
Sumber :
http://cetak.kompas.com/read/2010/10/30/03542483/kado.merah-putih.untuk.pembela.rakyat.marjinal